Pendapatan Nasional, Pertumbuhan Ekonomi dan Kebijakan Fiskal
2. Ira Nadya Rizki Amalia(Nim:2016040049)
3 Laila Imroatusholicha (Nim:2016040103)
4 Linto Riana Damarayanti (Nim:2016040343)
5. Nur Fitri Hasanah (Nim:2016040268)
6. Thesya Cantika Nur Aisyah (Nim:2016040264)
Kelas
: 02DAKEE005/305
Prodi
: D3 Akuntansi
·
PENDAPATAN
NASIONAL
A.
PENGERTIAN
Pendapatan
nasional adalah merupakan jumlah seluruh pendapatan yang diterima oleh
masyarakat dalam suatu negara selama satu tahun.
B.
KONSEP
PENDAPATAN NASIONAL
PDB/GDP
(Produk Domestik Bruto/Gross Domestik Product) adalah jumlah produk berupa
barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah
suatu Negara selama satu tahun. Dalam perhitungannya, termasuk juga hasil
produksi dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi
diwilayah yang bersangkutan
PNB/GNP
(Produk Nasional Bruto/Gross Nasional Product)adalah seluruh nilai produk
barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat suatu Negara dalam periode tertentu,
biasanya satu tahun, termasuk didalamnya barang dan jasa yang dihasilkan oleh
masyarakat Negara tersebut yang berada di luar negeri.
RUMUS :
GNP = GDP – Produk netto terhadap
luar negeri
NNP (Net National Product)
NNP adalah jumlah barang dan jasa
yang dihasilkan oleh masyarakat dalam periode tertentu, setelah dikurangi
penyusutan (depresiasi) dan barang pengganti modal.
RUMUS :
NNP = GNP – Penyusutan
NNI (Net National Income)
NNI adalah jumlah seluruh
penerimaan yang diterima oleh masyarakat setelah dikurangi pajak tidak langsung
(indirect tax)
RUMUS :
NNI = NNP – Pajak tidak langsung
PI
(Personal Income) adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima masyarakat
yang benar-benar sampai ke tangan masyarakat setelah dikurangi oleh laba
ditahan, iuran asuransi, iuran jaminan social, pajak perseorangan dan ditambah
dengan transfer payment.
RUMUS :
PI = (NNI + transfer payment) –
(Laba ditahan + Iuran asuransi + Iuran jaminan social + Pajak perseorangan )
DI (Disposible Income)
DI adalah pendapatan yang diterima
masyarakat yang sudah siap dibelanjakan oleh penerimanya.
RUMUS :
DI = PI – Pajak langsung
C.
PERHITUNGAN
PENDAPATAN NASIONAL
Tujuan
dan manfaat perhitungan pendapatan nasional
Tujuan
mempelajari pendapatan nasional :
1.
Untuk
mengetahui tingkat kemakmuran suatu Negara
2.
Untuk
memperoleh taksiran yang akurat nilai barang dan jasa yang dihasilkan
masyarakat dalam satu tahun
3.
Untuk
membantu membuat rencana pelaksanaan program pembangunan yang berjangka.
4.
Manfaat
mempelajari pendapatan nasional
5.
Mengetahui
tentang struktur perekonomian suatu Negara
6.
Dapat
membandingkan keadaan perekonomian dari waktu ke waktu antar daerah atau antar
propinsi
7.
Dapat
membandingkan keadaan perekonomian antar Negara
8.
Dapat
membantu merumuskan kebijakan pemerintah.
9.
Perhitungan
Pendapatan Nasional
Metode
Produksi
Pendapatan
nasional merupakan penjumlahan dari seluruh nilai barang dan jasa yang
dihasilkan oleh seluruh sector ekonomi masyarakat dalam periode tertentu
Y
= [(Q1 X P1) + (Q2 X P2) + (Qn X Pn) ……]
Metode
Pendapatan
Pendapatan
nasional merupakan hasil penjumlahan dari seluruh penerimaan (rent, wage,
interest, profit) yang diterima oleh pemilik factor produksi adalam suatu negara
selama satu periode.
Y
= r + w + i + p
Metode
Pengeluaran
Pendapatan
nasional merupakan penjumlahan dari seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh
seluruh rumah tangga ekonomi (RTK,RTP,RTG,RT Luar Negeri) dalam suatu Negara
selama satu tahun.
Y
= C + I + G + (X – M
·
PERTUMBUHAN
EKONOMI
A.
Penjelasan
pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan
ekonomi adalah suatu proses dimana meningkatnya pendapatan tanpa mengaitkannya
dengan tingkat pertumbuhan penduduk, tingkat pertumbuhan penduduk umumnya
sering dikaitkan dengan pembangunan ekonomi.
Atau
definisi pertumbuhan ekonomi yang lainnya adalah bertambahnya pendapatan
nasional dalam periode tertentu misalnya dalam satu tahun terakhir, pertumbuhan
ekonomi menunjukan peningkatan dari kapasitas produksi maupun jasa dalam kurun
waktu tertentu.
B.
Beberapa
Faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, diantaranya seperti di
bawah ini:
1.
Faktor
sumber daya manusia (SDM).
Sumber daya
manusia adalah suatu faktor yang penting karena dapat mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi. Karena SDM merupakan faktor yang penting dalam proses pembangunan,
cepat atau lambatnya proses dari pembangunan sangat tergantung pada sumber daya
manusianya yang selaku sebagai subjek pembangunan yang mempunyai kompetensi
yang baik dan cukup memadai untuk melaksanakan proses dari pembangunan
tersebut.
2.
Faktor
sumber daya alam (SDA).
SDA atau
sumber daya alam merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya dalam pembangunan
atau pertumbuhan ekonomi, karena umumnya negara yang sedang dalam tahap
perkembangan sangat bergantung pada sumber daya alam dalam pembangunan
negaranya. Akan tetapi jika bergantung pada sumber daya alam saja tidak akan
menjamin kesuksesan dalam proses pembangunan atau pertumbuhan ekonomi, jika
tidak di dukung dengan kemampuan SDM (Sumber daya manusia) dalam mengelola SDA
(sumber daya alam) yang ada. Sumber daya alam misalnya seperti: kesuburan
tanah, kekayaan akan mineral, kekayaan tambang, hasil alam, laut dan lain
sebagainya.
3.
Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Perkembangan
ilmu pengetahuan semakin kesini semakin pesat khususnya di bidang teknologi,
hal tersebut dapat mempengaruhi pembangunan atau pertumbuhan ekonomi suatu
negara, misalnya penggantian dalam menproduksi barang yang asalnya menggunakan
tenaga manusia sekarang sudah banyak yang menggunakan mesin yang canggih dan
modern yang tentunya akan lebih efesien dan lebih cepat dalam menghasilkan
produk, yang pada akhirnya akan mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
4.
Faktor
budaya.
Faktor yang
penting lainnya yaitu faktor budaya, faktor ini akan memberikan dampak terhadap
pertumbuhan ekonomi karena memiliki fungsi sebagai pendorong proses pembangunan
misalnya seperti kerja keras, bersikap jujur, sopan, dan lain-lain. Akan tetapi
faktor ini bias juga menghambat proses pembangunan atau pertumbuhan ekonomi
misalnya seperti sikap egois, anarkis, dan sebagainya.
5.
Sumber
daya modal.
Dan faktor
yang terakhir adalah sumber daya modal, faktor ini sangatlah dibutuhkan manusia
dalam mengelola Sumber Daya Alam (SDA) dan meningkatkan kualitas dari Ilmu
Pengetahuan Dan Teknologi (IPTEK). Sumber daya modal ini misalnya berupa barang
yang penting untuk perkembangan serta kelancaran dalam pembangunan ekomomi,
sebab barang modal ini juga bisa meningkatkan dan memperbaiki produksi.
·
KEBIJAKAN
FISKAL
A.
Pengertian
Kebijakan fiskal (fiskal policy) adalah implementasi dari bentuk operasional kebijakan anggaran yang dilakukan
pemerintah dalam mengatur keuangan negara. Arah kebijakan ditekankan
pengalokasian pengeluaran negara dan penerimaan negara terkhusus pada
perpajakan, contohnya saja tinggi rendahnya pajak, atau bahkan pembebasan pajak
dalam pengendalian perekonomian untuk mencapai tujuan nasional. Dalam
menjalankan kebijakan sangat efektif apalagi dibarengi dengan kebijakan
moneter.
B.
Tujuan Kebijakan Fiskal
1.
Mencapai
stabilitas perekonomian
2.
Memacu
dan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi
3.
Memperluas
dan menciptakan lapangan kerja
4.
Menciptakan
terwujudnya keadilan sosial bagi masyarakat
5.
Mewujudkan
pendistribusian dan pemerataan pendapatan.
6.
Mencegah
pengangguran dan menstabilkan harga
1. INDONESIA
FOKUS APBN 2016
1. PENDAPATAN
Target penerimaan perpajakan direncanakan secara realistis dengan
mendasarkan pada kondisi perekonomian terkini dan dukungan pelaksanaan
kebijakan dan langkah administratif perpajakan yang komprehensif serta extra
effort dalam upaya memperkecil kesenjangan antara potensi penerimaan perpajakan
dengan realisasinya.
Mengoptimalkan PNBP K/L dalam rangka mengurangi ketergantungan PNBP
terhadap faktor eksternal (ICP, kurs, dan harga komoditas).
2. BELANJA NEGARA
Melanjutkan program prioritas nasional (antara lain infrastruktur
konektivitas, kedaulatan pangan dan energi, kemaritiman, pariwisata,
pengurangan kesenjangan serta pertahanan ) untuk memperbaiki kualitas
pembangunan.
Mempertahankan pemenuhan anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN dan
pertama kali memenuhi anggaran kesehatan sebesar 5% dari APBN.
Menyelaraskan kebijakan desentralisasi fiskal, melalui pengalihan belanja
K/L ke DAK diikuti dengan peningkatan Transfer ke Daerah dan Dana Desa yang
signifikan.
3.
PEMBIYAAN ANGGARAN
Mendukung pembangunan infrastruktur untuk transportasi, pemukiman
untuk MBR, air bersih dan sanitasi, serta infrastruktur energy.
Mengendalikan rasio utang pemerintah dalam batas yang aman.
UPDATE PEREKONOMIAN INDONESIA
Indikator
|
Kinerja
|
Nilai Tukar
|
▪ Per 31 Desember 2014 : Rp12.440 depresiasi
2,1% (ytd)
|
▪ Per 31 Desember 2015: Rp13.795 depresiasi
10,9% (ytd)
|
|
▪ Per 22 Januari 2016 à Rp13.874 depresiasi
0,57% (ytd)
|
|
IHSG
|
▪ Per 30 Desember 2014: 5.226,95 menguat
22,3% (ytd)
|
▪ Per 31 Desember 2015 : 4.593,01 melemah
12,1%
|
|
▪ Per 22 Jan 2016 à 4.456,74 melemah 2,97%
(ytd)
|
|
Inflasi
|
Inflasi sepanjang
2015:
|
▪ Inflasi Umum (headline): 3,35%
|
|
▪ Inti - 3,95% ; Volatile Foods - 4,84%;
Administered Prices - 0,39%
|
|
Harga Minyak Mentah
Indonesia
|
▪ Jan-Des 2014 ICP: US$96,5 per barel
|
Arus Modal Masuk
|
▪ Rata-rata Jan-Des 2015: US$49,2 per barel
|
▪ 2014 arus modal masuk (net)
|
|
▪ SUN : inflow Rp 149,5 T ; SBI: outflow
Rp1,9 T; Saham inflow 42,6T
|
|
▪ 2015 arus modal masuk (net)
|
|
▪ SUN : inflow Rp102,4T ; SBI: outflow 1,9T
:; Saham : outflow 22,6T
|
|
Yield Sun
|
▪ Per 31 Desember 2014: Yield SUN 10Y -
8,08%, Yield SUN 5Y - 8,04%
|
▪ Per 31 Desember 2015: • Per 22 Januari 2016
|
|
Pertumbuhan PDB
|
s.d Q3-2015 (kumulatif)
|
PDB tumbuh sebesar
4,71% (yoy)
|
|
Kons RT 4,98%; Kons
LNPRT -3,57%; Kons Pemerintah 3,93%; PMTDB 4,23%; Ekspor -0,6%; Impor -5,19%
|
|
Investasi
|
2014
|
Realisasi PMA = Rp.
307 Triliun ; Realisasi PMDN =
Rp156,1T
|
|
2015
|
|
Realisasi PMA
= Rp 321,2 Triliun ; Realisasi PMDN = Rp224T
|
|
Perdagangan
Internasional
|
2014
|
Pert. Ekspor =
-3,6%, Pert Impor = -4,5%, Neraca Perdagangan = Defisit US$2,2 miliar
|
|
2015
|
|
Pert. Ekspor =
-14,6%, Pert Impor = 19,9%, Neraca Perdagangan = Surplus US$7,51 milia
|
|
Neraca Pembayaran
|
2014 (s.d Q3,
kumulatif)
|
Transaksi berjalan
= defisit US$21,6 miliar, Transaksi Modal = surplus US$11,7 juta, transaksi
Finansial = surplus US$35,7miliar. Overall Balance = Surplus US$12,8 milyar
|
|
2015 (s.d Q3, kumulatif)
|
|
Transaksi berjalan
= defisit US$12,4 miliar, Transaksi Modal = surplus US$2,89 juta, transaksi
Finansial = surplus US$9,6 miliar. Overall Balance = Defisit US$6,2 milyar. •
CadanganDevisa Desember 2015 : $ 1015,91 Bn
|
PENDAPATAN NEGARA
Target
Pendapatan Negara
naik Rp60,9T dari APBNP 2015 atau tumbuh sebesar 3,5%. Kenaikan tersebut
terutama bersumber dari meningkatnya penerimaan perpajakan sebesar Rp57,4 T
Masih lemahnya ICP dan harga
komoditas menyebabkan pendapatan yang bersumber dari SDA mengalami penurunan
dari target APBNP 2015.
Target Penerimaan Perpajakan naik
Rp57,4 T dari APBNP 2015 atau tumbuh sebesar 3,9%, yang terdiri dari:
•
Penerimaan Pajak naik Rp 65,9 T atau
tumbuh sebesar 5,1% dari APBNP 2015,
terutama dipengaruhi oleh perbaikan pertumbuhan ekonomi dan extra effort di
bidang perpajakan tahun 2016.
•
Kepabeanan dan Cukai turun Rp8,5 T atau sebesar
4,3% dari APBNP 2015, terutama disebabkan turunnya tarif bea keluar CPO
beserta turunannya sebagai dampak dari kebijakan pembentukan Badan Penghimpun
Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
Target PNBP naik Rp4,8 T atau
tumbuh sebesar 1,8% dari APBNP 2015, antara lain disebabkan oleh:
PNBP SDA Migas turun Rp2,7 T antara lain
dipengaruhi melemahnya harga minyak
mentah (ICP) PNBP Minerba naik Rp9,1 T antara lain dipengaruhi oleh naiknya tarif royalti mineral, logam dan batubara.
Kebijakan Penerimaan Negara
Bukan Pajak:
Optimalisasi
penerimaan migas (merealisasikan produksi sumur minyak baru, menahan penurunan
alamiah lifting migas, dan pengendalian cost recovery).
Penyesuaian
tarif PNBP dan ekstensifikasi.
Peningkatan
kinerja BUMN.
Peningkatan
pengawasan dan pelaporan PNBP.
Perbaikan
administrasi dan sistem PNBP.
Perbaikan
regulasi PNBP.
KEBIJAKAN
– KEBIJAKAN FISKAL DALAM APBN 2016
1.
Dimensi Pembangunan Manusia
Arah Kebijakan:
Pemenuhan
anggaran pendidikan 20% dari APBN untuk peningkatan akses dan kualitas
pendidikan, a.l melalui:
-
Wajib belajar 12 tahun melalui Program Indonesia Pintar
dengan pemberian Kartu Indonesia Pintar (KIP).
-
Meningkatkan kualitas pembelajaran.
-
Meningkatkan pengelolaan dan penempatan guru.
-
Meningkatkan pemerataan akses dan kualitas serta relevansi
dan daya saing pendidikan tinggi.
▪
Kartu Indonesia Pintar sebanyak 19,54 juta siswa
▪
Beasiswa bidik misi dan bantuan siswa miskin sebanyak 306 ribu mahasiswa
▪ Peningkatan
Kompetensi Tenaga Pendidik dengan target 497,6 ribu
▪
Pembangunan unit: 981 unit sekolah baru 14.566 ruang kelas baru 11.625
rehabilitasi ruang kelas
▪
Pemberian Bantuan Operasional Sekolah (melalui Kementerian Agama): MI/Ula --
3,6 juta santri MTs/Wustha -- 3,4 juta santri MA/Ulya -- 1,3 juta santri
2.
Bidang Perumahan, Air Minum, Sanitasi
Arah Kebijakan:
Pemenuhan
kebutuhan masyarakat atas akses air minum dan dukungan bagi pelaksanaan Program
Sejuta Rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah.
▪
Pembangunan 11.642 unit rusun
▪
Penyediaan fasilitas untuk rumah swadaya sebanyak 94.000 unit
3.Bidang
Kesehatan
Arah Kebijakan:
Pemenuhan
anggaran kesehatan sebesar 5% dari APBN, dengan didukung program yang lebih
efektif dan luas, untuk mencapai:
Meningkatnya
status kesehatan dan gizi ibu dan anak
Meningkatnya
pengendalian penyakit
Meningkatnya
akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, terutama di daerah
terpencil, tertinggal, dan perbatasan
Meningkatnya
cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat (KIS) serta
kualitas dan keberlanjutan pengelolaan SJSN kesehatan (dari sisi demand dan
supply), termasuk perbaikan kebijakan dan regulasinya
Terpenuhinya
kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin secara merata
⁃
Meningkatkan persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan dengan
target 77%
⁃
Meningkatkan persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar
lengkap dengan target 91,5%
⁃
Menurunkan prevalensi kekurangan gizi (underweight) pada anak balita hingga
18,3%
⁃
Jumlah kecamatan yang memiliki minimal satu puskesmas yang tersertifikasi
akreditasi dengan target 700 kecamatan
⁃
Jumlah puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis tenaga kesehatan di 2000
puskesmas
⁃
Jumlah penduduk miskin dan tidak mampu yang terdaftar sebagai peserta PBI
melalui JKN/Kartu Indonesia Sehat (KIS) sebanyak 92,4 juta jiwa
⁃
Persentase obat yang memenuhi syarat sebesar 92,5%
4.Dimensi
Pembangunan Sektor Unggulan
Arah
Kebijakan:
Meningkatkan
produksi energi primer terutama minyak dan gas bumi
Meningkatkan
pemanfaatan gas bumi dan batubara nasional
Meningkatkan
jangkauan dan kualitas pelayanan energi dan ketenagalistrikan
Meningkatkan
peranan Energi Baru Terbarukan dalam Bauran Energi
⁃ Rasio
elektrifikasi diharapkan mencapai 90,15 %
⁃ 121
ribu sambungan rumah tangga yang tersambung jaringan gas
⁃
Kapasitas terpasang kilang LPG sebesar 4,62 juta ton
⁃
Kapasitas terpasang PLT Bioenergi sebesar 2.069,4 MW
⁃
Kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi, Air, Surya, dan Angin
masing-masing sebesar 1.712,5 MW, 5.534 MW, 92,1 MW, dan 11,2 MW
⁃
Peningkatan pengembangan infrastruktur ruas transmisi dan/atau wilayah jaringan
distribusi gas bumi melalui pipa sepanjang 10.296 km
5.Bidang
Kedaulatan Pangan
Arah
Kebijakan:
Peningkatan
Produksi Padi, Jagung dan Kedelai untuk
Mencapai
Swasembada dan Peningkatan Produksi Protein Hewani Daging dan Gula
Penguatan
Stabilisasi Harga dan Pasokan Pangan
Perbaikan
Kualitas Konsumsi Pangan dan Gizi Masyarakat
Penanganan
Gangguan Ketahanan Pangan
⁃
Produksi padi 76,2 juta ton, Produksi jagung 21,4 juta ton Produksi kedelai
1,82 juta ton
⁃
Embung dan penampung air lainnya 387
buah Bendungan baru 8 buah Normalisasi sungai dan pembangunan/ peningkatan
tanggul 184,9 km
⁃ Produksi perikanan
tangkap sebanyak 6,45 juta ton
⁃ Produksi daging
sapi/kerbau 588,56 ribu ton
⁃ Produksi telur
3.393,36 ribu ton
⁃ Produksi susu
850,77 ribu ton
⁃ Penambahan luas
tanam padi 60 ribu ha
⁃ Penambahan luas
baku lahan padi 200,6 ribu ha
⁃
Pengembangan/perbaikan jaringan irigasi dan optimasi air seluas 400 ribu ha
⁃ Penyediaan dana
cadangan stabilisasi harga pangan
⁃ Penyediaan dana
cadangan beras pemerintah
6.Kemaritiman dan
Kelautan
Arah Kebijakan:
Meningkatkan
pengawasan dan penjagaan serta penegakan hukum di laut dan daerah perbatasan
Percepatan
pembangunan transportasi yang mendorong penguatan industri nasional
Pemberantasan
tindakan perikanan liar
Pengembangan ekonomi
maritim dan kelautan
⁃ Pembangunan kapal
perintis penumpang dan barang sebanyak 100 unit
⁃ Produksi perikanan
budidaya 8,35 juta ton ikan, 11,11 juta ton rumput laut, 1,9 miliar ekor ikan
hias, dan produksi garam 3,6 juta ton
⁃ Kepatuhan
(compliance) pelaku usaha kelautan dan perikanan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku sebesar 73%
⁃ Cakupan WPP-NRI
yang diawasi dari IUU fishing dan kegiatan yang merusak sumber daya kelautan
dan perikanan (11 WPP-NRI) sebesar 65%
⁃ 25 Pulau-Pulau
Kecil Terluar (PPKT) yang difasilitasi pengembangan ekonominya
⁃ Penyelesaian
perkara/kasus tindak pidana di wilayah perairan Indonesia dan wilayah yuridiksi
Indonesia yang ditangani/ diproses (P21) sebesar 80%
⁃ Menurunnya tingkat
gangguan keamanan dan pelanggaran hukum yang terjadi di wilayah perairan
Indonesia dan wilayah yurisdiksi Indonesia sebesar 80%
7.Pariwisata dan
Industri
Arah Kebijakan:
Pembangunan Destinasi
Pariwisata
Pemasaran Pariwisata
Nasional
Pembangunan Industri
Pariwisata
Pembangunan
Kelembagaan Pariwisata
⁃ Fasilitasi
peningkatan destinasi wisata, budaya, alam dan buatan di 15 lokasi
⁃ Kontribusi
investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional 3,7%
⁃ Terevitalisasinya
industri galangan kapal di 9 lokasi
⁃ Jumlah wisatawan
mancanegara ke Indonesia 12 juta orang
⁃ Jumlah perjalanan
wisatawan nusantara 260 juta perjalanan
⁃ Pengembangan 10
kawasan industri di Sumatera dan Kalimantan
8.Dimensi Pemerataan
dan Kewilayahan
Arah Kebijakan:
Peningkatan
kesejahteraan masyarakat miskin dan tidak mampu melalui program bantuan sosial
yang lebih berkesinambungan (KIP, KIS), termasuk perluasan cakupan penerima
Bantuan Tunai
Bersyarat Perluasan dan penajaman program KUR (coverage dan subsidi bunga) yang
sudah dimulai tahun 2015
⁃ Perluasan cakupan
perluasan cakupan penerima Bantuan Tunai Bersyarat 6 juta KSM Tingkat
kemiskinan 9-10% Tingkat pengangguran terbuka 5,2-5,5%
⁃ Kepesertaan program
SJSN Ketenagakerjaan kumulatif 40 juta pekerja formal dan 3,2 juta pekerja
informal Subsidi pangan/raskin 15,5 juta RTS dengan harga jual Rp1.600/kg
9.Antar Wilayah
Arah Kebijakan:
Percepatan
pembangunan infrastruktur yang efektif dan efisien untuk mendukung kegiatan
sektor-sektor strategis ekonomi serta mengurangi kesenjangan ekonomi dan
spasial.
⁃ Pembangunan jalan
dan jembatan sepanjang 768,7 km dan 8.051,7 m
⁃ Pemeliharaan jalan
dan jembatan sepanjang 44.570,2 Km dan 378.310 m
⁃ Pembangunan 28,95
km ruas jalan tol.
⁃Pembangunan 11.642
unit rusun
⁃ Penyediaan
fasilitas untuk rumah swadaya sebanyak 94.000 RT
⁃ Pembangunan sarana
bantu navigasi pelayaran sebanyak 221 unit dan 96 trayek perintis
⁃ Pembangunan jalur
kereta api sepanjang 142,12 km sp
⁃ Pembangunan
jembatan/ underpass/flyover KA sebanyak 33 unit
⁃ Bus Rapid Transit
(BRT) sebanyak 813 unit; Lokasi pembangunan jembatan timbang sebanyak 1 lokasi
⁃ Pembangunan dermaga
sungai dan danau baru sebanyak 7 dan 1 dermaga
26 dan 59 lokasi
bandar udara yang dikembangkan di daerah perbatasan dan rawan bencana; 15
lokasi bandar udara baru yang dibangun
⁃
Pengembangan/perbaikan jaringan irigasi dan optimasi air seluas 400.000 ha
10.Kondisi Perlu
Arah Kebijakan:
Memperkuat kepastian
dan penegakan hukum, stabilitas pertahanan dan keamanan, serta politik dan
demokrasi
Penataan/restrukturisasi
kelembagaan birokrasi pemerintah agar efektif, efisien, dan sinergis
⁃ Efektivitas
penanganan kasus/perkara tindak pidana korupsi (conviction rate) sebesar 95%
⁃ Terselenggaranya
pelayanan peradilan umum (165.900 perkara), peradilan agama (10.815 perkara),
peradilan militer dan peradilan TUN (56 perkara)
• Persentase penambahan
Almatsus Polri sebesar 13%
• Berkurangnya daerah rawan kejahatan dan kegiatan
premanisme sebesar 15%
• Penambahan
alutsista dan non alutsista fasilitas serta Sarpras 20% dan pengadaan 143 unit
Rantis (matra darat)
• Pengadaan 130 unit
KRI, KAL, Alpung, Ranpur, Rantis (matra laut)
• Pesawat yang siap operasional sebanyak 150 unit
(matra udara) Meningkatnya pemanfaatan NIK, database kependudukan, dan KTP-el
oleh lembaga pengguna pusat pada 25 K/L
• Terfasilitasinya
penyelenggaraan tahapan pilkada provinsi dan kabupaten/kota pada 102 satker
Indeks pelayanan publik nasional sebesar 2,5
• Persentase instansi
pemerintah yang memiliki nilai indeks RB baik (Kategori B ke atas) sebesar 54%
(KL); 30% (Prov), dan 15% Kab/Kota
ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO PADA APBN 2016
2015
|
2016
|
|||
APBN-P
|
Realisasi
|
APBN
|
||
Pertumbuhan
Ekonomi
|
|
5,7
|
4,73*
|
5,3
|
%,
yoy
|
||||
Inflasi %, yoy
|
|
5,0
|
3,35
|
4,7
|
%,
ytd
|
||||
Nilai
Tukar
|
eop
|
12.500
|
13.392
|
13.900
|
Rupiah per dolar
AS, rata-rata
|
ytd
|
|||
Suku
Bunga SPN 3 Bulanan
|
|
6,2
|
5,97
|
5,5
|
(%rata-rata)
|
||||
ICP
|
|
60
|
49,2
|
50,0
|
(USD
per barel)
|
||||
Lifting
|
|
|
|
|
Minyak
Bumi
|
|
825
|
799,09*
|
830
|
(ribu
barel per hari)
|
||||
Gas
|
|
1.221
|
1.195*
|
1.155
|
(ribu
barel setara minyak/hari)
|
PERBANDINGAN APBN 2015 DAN 2016
2015
|
2016
|
|||||||
(dalam
Trilliun Rupiah)
|
APBN-P
|
Realisasi
|
Persentase thd
|
APBN
|
Selisih dgn
|
Persentase thd
|
||
per 31 Des
|
APBN-P
|
APBN-P 2015
|
APBN-P 2015
|
|||||
A.
|
|
Pendapatan Negara
|
1761,6
|
1.491,5
|
84,7%
|
1.822,50
|
60.9
|
3,5 %
|
I.
|
Penerimaan Dalam Negeri
|
1.758,3
|
1.488,2
|
84,6%
|
1.820,50
|
62,2
|
3,5 %
|
|
1. Penerimaan Perpajakan
|
1.489,3
|
1.235,8
|
83,0%
|
1.546,70
|
57,4
|
3,9 %
|
||
2. PenerimaanNegara Bukan Pajak
|
269,1
|
252,4
|
93,8%
|
273,8
|
4,8
|
1,8 %
|
||
II.
|
Hibah
|
3,3
|
3,3
|
100,0%
|
2
|
(1,3)
|
(38,7) %
|
|
B.
|
|
Belanja Negara
|
1.984,1
|
1.810,0
|
91,2%
|
2.095,70
|
111,6
|
5,6 %
|
I.
|
Belanja PemerintahPusat
|
1.319,5
|
1.187,1
|
90,0%
|
1.325,60
|
6
|
0,5 %
|
|
1. Belanja K/L
|
795,5
|
724,3
|
91,1%
|
784,1
|
(11,4)
|
(1,4) %
|
||
2. Belanja Non K/L
|
524,1
|
462,7
|
88,3%
|
541,4
|
17,4
|
3,3 %
|
||
II.
|
Transfer ke Daerah dan Dana Desa
|
664,6
|
623,0
|
93,7%
|
770,2
|
105,6
|
15,9 %
|
|
1. Transfer ke Daerah
|
643,8
|
602,2
|
93,5%
|
723,2
|
79,4
|
12,3 %
|
||
2. Dana Desa
|
20,8
|
20,8
|
100,0%
|
47,0
|
26,2
|
126,2 %
|
||
C.
|
|
Keseimbangan Primer
|
-66,8
|
-162,5
|
243,4%
|
-88,2
|
(21,46)
|
32,14 %
|
D.
|
|
Surplus/Defisit Anggaran
|
-222,5
|
-318,5
|
143,2%
|
-273,2
|
(50,7)
|
22,8 %
|
% thd PDB
|
-1,9
|
-2,8
|
|
-2,15
|
(0,25)
|
13,07 %
|
||
E.
|
|
Pembiayaan
|
222,5
|
329,4
|
148,0%
|
273,2
|
50,7
|
22,8 %
|
I.
|
PembiayaanDalam Negeri
|
242,5
|
309,3
|
127,5%
|
272,8
|
30,3
|
12,5 %
|
|
II.
|
PembiayaanLuar Negeri
|
-20,0
|
20,0
|
-100,2%
|
0,4
|
20,4
|
102%
|
KEBIJAKAN FISKAL DI INDONESIA
Salah satu tujuan dari kebijakan fiskal adalah mengurangi angka pengangguran.
Dalam upaya menurunkan angka pengangguran, pemerintah kerap kali menstimulus
perekonomian dengan kebijakan fiskal yang ekspansif dengan menambah defisit
anggararan. Meningkatnya pengeluaran pemerintah diharapkan dapat meningkatkan
permintaan agregat sehingga pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Meningkatnya
aktivitas ekonomi pada akhirnya dapat mengurangi angka pengangguran.
Kurun periode 1988 hingga tahun 2012 persentase angka pengangguran terhadap total angkatan kerja di Indonesia semakin mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Persentase terendah terjadi pada tahun 1990 dimana angka pengangguran tercatat sebesar 2,5 persen per tahun. Angka pengangguran beranjak naik pasca krisis moneter tahun 1997/1998 dan mengalami tingkat tertinggi pada tahun 2005 sebesar 11, 2 persen. Pasca krisis global tahun 2008 persentase pengangguran terus mengalami penurunan pada tingkat rata-rata 6 persen pertahun.
Peran pemerintah dalam upaya menurunkan angka penganggurana terlihat dari kebijakan anggaran dalam APBN. Gambar (3.2) memperlihatkan persentase defisit anggaran APBN terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia. Angka negatif mencerminkan pemerintah menggunakan anggaran defisit, sedangkan angka positif mencerminkan pemerintah menggunakan anggaran surplus. Tahun 1988 defisit anggaran tercatat sebesar 2,3 persen dar PDB, defisit kemudian terus menurun bahkan tercatat surplus yaitu sebesar 3 persen pada tahun 2005.
Pasca liberalisasi sektor keuangan peran swasta semakin meningkat. Pemerintah mulai menurunkan dominasinya dalam perekonomian dengan menggerakkan kinerja sektor keuangan. Krisis tahun 1997/1998 merupakan sejarah yang berat bagi perekonomian Indonesia. Lumpuhnya sektor riil terutama sektor perbankan menyebabkan pemerintah harus mengeluarkan dana yang banyak bagi upaya pemulihan ekonomi. Pemerintah meningkatkan defisit anggarannya hingga mencapai 2,5 persen pada tahun 1999. Pasca krisis defisit anggaran terus di upayakan berada pada tingkat dibawah 2 persen dari tingkat PDB Indonesia.
Studi empiris mengenai peran kebijakan fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi dan inflasi pernah di teliti oleh Surjaningsih,et al.(2012). Penelitian ini menggunakan analisis kointegrasi, danVECM (Vector Error Correction Model). Ada beberapa kesimpulan penting dalam penelitian ini. Variabel kebijakan fiskal dengan kenaikan pengeluaran pemerintah memiliki pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi, sementara shock kenaikan pajak memiliki efek menurunkan pertumbuhan ekonomi. Hubungan pengeluaran pemerintah dan pajak terhadap inflasi
2. KOREA SELATAN
A.
Perkembangan Ekonomi di Korea Selatan
Ekonomi Korea Selatan merupakan
terbesar kedua belas berdasarkan PDB. Korea Selatan tergabung dalam beberapa
organisasi ekonomi internasional seperti G-20 ekonomi utama, APEC, WTO dan
OECD. Pertumbuhan ekonominya yang sangat cepat membuat negara ini dikenal
dengan sebutan Macan Asia dan dikategorikan sebagai salah satu negara yang akan
menguasai perekonomian di dunia di group next eleven, pertumbuhan ekonomi yang
sangat pesat ini sering di juluki dengan istilah Keajaiban di sungai Han. Ekspor
Korea Selatan menduduki tempat kedepan terbesar di dunia, sementara nilai
impornya menduduki tempat kesepuluh terbesar di dunia.
Industri Korea Selatan bergerak
dengan pesat terutama atas permintaan produk elektronik. Otomotif dan
telekomunikasi juga menjadi industry andalan di Korea Selatan, di samping
merupakan pemimpin dalam akses internet kecepatan tinggi, semikonduktor memori,
monitor, layar datar dan telepon genggam Korea Selatan berda dalam peringkay
pertama dalam pembuatan kapal, ketiga dalam produksi ban, keempat dalam
otomotif dan keenam dalam baja. Negara ini juga menempati peringkat ke 36 dalam
hal tingkat pengangguran, ke 19 dalam kemudahan indeks berbisnis dank e 31 dai
179 negara dalam indeks Kebebasan Ekonomi berdasarkantahun 2010. Jumlah tenaga
kerja berada di peringkat 25.
Perusahan Samsung Electronic adalah
perusahaan elektronik terbesar di dunia. Ekonomi Korea Selatan dipimpin oleh
konglomerat besar yang dikenal dengan sebutan Chaebol. Beberapa chaebol yang
terbesar antara lain: Samsung Electronic, POSCO, Hyundai, Motor company,
Samsung life Insurance, Shinhan Finansial Group, LG Electronics, Shinhan
Finansial Group, Lg Electronics, Hyundai dan LG Chem.
Korea Sealtan juga telah jadi Negara
termaju di dunia dalam hal infrstruktur teknologi . Sejak tahun 2000a, seluruh
masyarakat korea telah menikmati jaringan intenet 100 Mbir/detik, siaran
televise interaktif high.definition teknologi komunikasi 4G.
Tiga trend utama yang diidentifikasikan
akan memberikan efek positif kepada pertumbuhan industry korea selatan adalah :
1. Pendewasaan teknologi digital dan jaringan
2. Integrasi teknologi inter- displiner
3. Kerjasama ekonomi antara Korea Selatan dan Korea Utara , yang pada tahun 2008
mencapai 1 milyar dollar AS.
Sebaliknya, tiga trend utama yang
didindentifikasikan akan memberikan efek negative kepada industri korea adalah
:
1. Populasi angkatan kerja muda yang semakin berkurang
2. Pengikisan dan degradasi lingkungan hidup
3. Hegemoni teknologi : permasalahan hak cipta
Industri-industry Korea sekarang
adalah otomotif, semikonduktor, elekronik, pembuatan kapal-kapal dan baja. Korea
juga dengan intens mengembangkn industry-industri strategis masa depan seperti
Nanoteknologi, Bioteknologi, Teknoogi Informas, Roboika dan tekonolgi ruang
angkasa. Korea mempunyai robot Humanoid ke 2 di dunia, HUBO, adalah robot
bekepala Einstein ( robot humanoid pertama di dunia adalah Asimo dari Jepang ).
Meraka juga berambisi
untuk menjadi “
World’s number 1 robotics nation “ yaitu bangsa pengguna robot terbesar 2015
nanti.
Dalam seni budaya pun Korea Selatan
tak ketinggalan, melalui Korean Wave ekspansi kebudayaan Korea ke seluruh dunia
dilancarkan pemerintah, seperti film-film drama, music, konser dan tariannya
tumbuh subur secara global merambah ke sejumlah negara di berbagai belahan
dunia , sehingga menimbulkan “Demam Korea”. Hal ini juaga meberikan kontribusi
dalam perkembangan perekonomian Korea Selatan, dimana produksi industry film
dan music tersebut di ekspor ke negara-negara seperti Filipina, Hongkong,
Vietnam, Thailand, Indonesia, Jepang, Amerika Serika, Amerika Latin, dan Timur
Tengah.
Tak kalah ketinggalan keberhasilan
ekspor Korea Selatan yang pertama terjadi pada ekspor produk industry ringan
seperti tekstil dan pakaian jadi , komponen elektronik, playwood, wig, serta
barang-barang perantara ( produk-produk kimia, mimyak bumi, kertas, dan baja)
yang berlanngsung dalam kurun waktu antara tahun 1964-1974 Sejak awal, strategi besar Korea Selatan adalah export oriented yang
mana mereka harus mempersiapkan diri dan berjuang untuk merebut pasar dunia.
Penyebab negara ini bisa maju dengan
pesat adalah penyebaran pengetahuan daaalm bahasa lokal. Dengan adanya
buku-buku dalam bahasa lokal inilah menyebabkan proses pembelajaran dan penyebaran
informasi semakin cepat. Korea Selatan saat ini mengandalkan sector teknologi
untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi negranya dan ICT digunakan sebagai alat
untuk membuat kemjuan negara dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Korea berhasil
mengembangkn negara dengan penetrasi broadband, dan kecepatan broadband yang
paling tinggi di dunia pergerakan, efisiensi, peningkatan produktivitas, kesejahteraan
rakyat Korsel semua menggunkan parameter ICT.
Menurut economiest Intelligent,
Korea Selatan menduduki peringkat kelima daro 60 negara yang menggunakan ICT
mereka yang menyeluruh serta tanpa batasan apapun sehingga kegiatan pendidikan
berjalan maksimal seta berbasis full ICT. Dimana setiap rumah diadakan
jaringan internet ultra high-speed.
B. Pendapatan Nasional Korea
Selatan Naik 3.4%
Pendapatan nasional Korea Selatan
tumbuh tiga point empat persen pada kuartal pertama dari kuartal sebelumnya.
Bank of Korea mengumumkan Kamis
bahwa kuartalan pendapatan nasional bruto (PNB) berdiri di 393 titik tiga
triliun won atau sekitar 330 miliar dolar AS, pada periode Januari-Maret.
Di belakang kondisi perdagangan
ditingkatkan, termasuk harga lama rendah, angka terbaru adalah yang tertinggi
terlihat pada baru-baru ini empat kuartal.
Pada kuartal pertumbuhan GNI
mencapai puncak di empat persen pada kuartal pertama tahun lalu, tapi turun ke
nol pada kuartal kedua. Ini melompat ke satu titik-lima persen pada kuartal
ketiga sebelum kembali ke pertumbuhan nol dalam keempat.
Pendapatan nasional adalah jumlah agregat dari semua pendapatan, termasuk upah, bunga dan dividen, yang diterima oleh orang-orang dari bangsa selama periode tertentu. Sementara itu, bank sentral mengatakan negara itu Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh sebesar setengah persen pada kuartal pertama tahun ini dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Pendapatan nasional adalah jumlah agregat dari semua pendapatan, termasuk upah, bunga dan dividen, yang diterima oleh orang-orang dari bangsa selama periode tertentu. Sementara itu, bank sentral mengatakan negara itu Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh sebesar setengah persen pada kuartal pertama tahun ini dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
C.
Arah kebijakan ekonomi Korea Selatan tahun 2015
Pemerintah
Korea Selatan baru-baru ini mengeluarkan rencana ekonominya untuk tahun 2015.
Kata kunci arah kebijakan tahun depan adalah reformasi struktur. Otoritas
ekonomi memilih reformasi untuk mendorong rasio pertumbuhan potensial dan
memulihkan belanja lokal yang telah gagal melambung, pasca tragedi feri pada bulan
April.
Untuk itu, pemerintah akan menciptakan 450.000 lapangan kerja baru bagi wanita dan kalangan muda, dan membuat reformasi di sektor pendidikan dan keuangan. Jadi, unsur ekonomi kuncinya adalah orang dan uang, yang akan dapat didistribusikan secara lebih efisien. Namun, ekonomi Korea Selatan sangat bergantung pada variabel luar. sehingga ketika negara ini berupaya melakukan reformasi, harus juga mengamati lingkungan eksternal. Sebab itulah pemerintah Korea Selatan akan lebih agresf dalam menangani risiko.
Kebijakan pemerintah tampaknya mencakup semua basis. Otoritas pemerintah berharap dapat membangun fondasi pertumbuhan berkelanjutan melalui reformasi dan merancang dukungan kebijakan dan rencana penanganan risiko. Indeks ekonomi utama, seperti rasio pertumbuhan ekonomi, neraca transaksi berjalan dan ekspor, diharapkan akan meningkat pada tahun baru. Namun, masih ada pandangan pesimis pada keberhasilan langkah tersebut.
Proyeksi pertumbuhan yang ditawarkan pemerintah turun 0,2% menjadi 3,8% dari 4% sebelumnya. Namun demikian, lembaga keuangan domestik dan luar negeri melontarkan proyeksi lebih konservatif terhadap ekonomi Korea tahun 2015, seperti rata-rata 3,5%, dengan beberapa proyeksi tumbuh berada di kisaran awal 3 persen. Proyeksi itu mengindikasikan permintaan lokal Korea Selatan masih melambat. Kekhawatiran lain adalah termasuk kemerosotan di Cina dan Eropa, serta penguatan devaluasi yen Jepang. Sebagian pengamat keuangan lokal menganggap positif rencana reformasi pemerintah, tapi mereka tetap menyerukan agar pemerintah harus mengimplementasikan rencana itu, jadi reformasi keuangan pemerintah dan program stimulusnya dapat membawa perbaikan signifikan pada ekonomi riil dan mendorong rasio pertumbuhan potensial negaranya.
Untuk itu, pemerintah akan menciptakan 450.000 lapangan kerja baru bagi wanita dan kalangan muda, dan membuat reformasi di sektor pendidikan dan keuangan. Jadi, unsur ekonomi kuncinya adalah orang dan uang, yang akan dapat didistribusikan secara lebih efisien. Namun, ekonomi Korea Selatan sangat bergantung pada variabel luar. sehingga ketika negara ini berupaya melakukan reformasi, harus juga mengamati lingkungan eksternal. Sebab itulah pemerintah Korea Selatan akan lebih agresf dalam menangani risiko.
Kebijakan pemerintah tampaknya mencakup semua basis. Otoritas pemerintah berharap dapat membangun fondasi pertumbuhan berkelanjutan melalui reformasi dan merancang dukungan kebijakan dan rencana penanganan risiko. Indeks ekonomi utama, seperti rasio pertumbuhan ekonomi, neraca transaksi berjalan dan ekspor, diharapkan akan meningkat pada tahun baru. Namun, masih ada pandangan pesimis pada keberhasilan langkah tersebut.
Proyeksi pertumbuhan yang ditawarkan pemerintah turun 0,2% menjadi 3,8% dari 4% sebelumnya. Namun demikian, lembaga keuangan domestik dan luar negeri melontarkan proyeksi lebih konservatif terhadap ekonomi Korea tahun 2015, seperti rata-rata 3,5%, dengan beberapa proyeksi tumbuh berada di kisaran awal 3 persen. Proyeksi itu mengindikasikan permintaan lokal Korea Selatan masih melambat. Kekhawatiran lain adalah termasuk kemerosotan di Cina dan Eropa, serta penguatan devaluasi yen Jepang. Sebagian pengamat keuangan lokal menganggap positif rencana reformasi pemerintah, tapi mereka tetap menyerukan agar pemerintah harus mengimplementasikan rencana itu, jadi reformasi keuangan pemerintah dan program stimulusnya dapat membawa perbaikan signifikan pada ekonomi riil dan mendorong rasio pertumbuhan potensial negaranya.
D.
Ekonomi Korea Selatan
Perekonomian
Korea Selatan sejak tahun 1960-an telah mencatat rekor perkembangan yang luar
biasa. Perkembangan ini terutama ditentukan lewat integrasi negara ini kepada
perekonomian dunia yang modern dan berteknologi tinggi. Saat ini pendapatan
perkapita Korea Selatan telah setara dengan pendapatan negara-negara Uni Eropa.
Selama
kurun waktu 1980-an, Korea Selatan mengadopsi sistem kedekatan antara sektor
pemerintahan dan bisnis yang termasuk juga kredit yang terarah, pembatasan
impor, dan pensponsoran industri-industri khusus. Pemerintah Korea Selatan
mendorong impor bahan-bahan baku mentah dan teknologi dengan mengorbankan
barang konsumtif serta mendorong masyarakat untuk menabung dan melakukan
investasi.
Namun
demikian, seiring dengan gelombang krisis ekonomi yang melanda Asia, Korea
Selatan tidak terkecualikan sebagai salah satu negara yang terkena krisis.
Rasio hutang yang tinggi, pinjaman yang tinggi, serta ketidakdisiplinan sektor
ekonomi telah menjatuhkan perekonomian Korea Selatan pada tahun 1998.
Setelah
empat tahun berada dalam pengobatan yang dilakukan oleh IMF, perlahan
perekonomian Korea Selatan meningkat kembali secara gradual. Dituntun oleh
pengeluaran konsumsi serta peningkatan ekspor yang signifikan, pada tahun 2002
Korea Selatan mencatat perkembangan perekonomian yang ditandakan oleh
peningkatan GDP sebesar 7 persen yang juga menandakan kelulusannya dari program
dan pengawasan IMF. Korea Selatan telah membayar kembali sisa pinjamannya
sebesar US$ 19,5 milyar, dua tahun lebih cepat dari perkiraan semula. Antara
tahun 2003 – 2005, pertumbuhan ekonomi berada pada kisaran 4 persen.
Pada
tahun 2005, pemerintah membuat proposal tentang pengesahan reformasi kaum buruh
dan skema dana pensiun perusahaan untuk membuat pasar tenaga kerja lebih
fleksibel. Pemerintah juga memperkenalkan kebijakan real-estate untuk
mendinginkan spekulasi yang dibuat oleh sektor properti. Perkembangan yang
positif ini dibarengi dengan berbagai upaya restrukturisasi di sektor keuangan,
korporasi dan publik. Pemulihan ekonomi Korsel yang berlangsung cepat tersebut
sebagian besar juga didukung dengan penerapan kebijakan suku bunga yang rendah
dan stabilisasi pasar domestik. Kebijakan ini pada gilirannya mendorong iklim investasi
dan permintaan domestik.
Secara
umum, perekonomian Korea Selatan lewat ditandai lewat tingkat Inflasi yang
moderat, tingkat pengangguran yang rendah, surplus dari ekspor, dan
pendistribusian pendapatan yang merata. Semua ini menandakan solidnya
perekonomian Korea Selatan.
Menurut
Kementerian Ekonomi dan Keuangan Korea Selatan, pada tahun 2006 perekonomian
Korea Selatan akan terus berkembang walaupun ancaman kondisi eksternal seperti
harga minyak dunia tetap membayangi. Pada tahun 2006 ini, Korea Selatan telah
mereformasi sektor perpajakan yang sejalan dengan arah kebijakan ekonomi makro
Korea Selatan pada paruh kedua tahun 2006. Komposisi perekonomian dilihat dari
pendapatan per kapita Korea Selatan adalah sebesar 3.3 persen untuk sektor
pertanian, 40.3 persen untuk sektor industri, dan 56.3 persen untuk sektor
Jasa.
Tiga
tren utama yang diidentifikasikan akan memberikan efek positif kepada
pertumbuhan industri Korea Selatan adalah:
1. Pendewasaan teknologi digital dan jaringan
2. Integrasi teknologi inter-disipliner
3. Kerjasama ekonomi antara Korea Selatan dan Korea Utara, yang pada tahun
2006 mencapai 1 milyar dollar AS
Sebaliknya,
tiga trend utama yang diidentifikasikan akan memberikan efek negatif kepada
industri Korea adalah:
1. Populasi angkatan kerja muda yang semakin berkurang
2. Pengikisan dan degradasi lingkungan yang berakibat kepada masalah ingkungan
hidup
3. Hegemoni teknologi: permasalahan hak cipta
Indikator Ekonomi Riil
2002
|
2003
|
2004
|
2005
|
|
GDP (US$ 1 juta) Purchasing power parity
|
–
|
–
|
–
|
1.056
|
GDP Per-Capita (PPP)
|
17,006
|
17,580
|
–
|
21.851
|
Inventory (%, year-on-year)
|
-0.8
|
5.7
|
9.4
|
2.4
|
Average Operating Ratio (%)
|
78.4
|
78.3
|
80.3
|
78.2
|
Tingkat Pengangguran (%)
|
3.1
|
3.4
|
3.5
|
3.6
|
Pengangguran (ribu)
|
708
|
777
|
813
|
843
|
Indeks Harga Konsumen (%, year-on-year)
|
2.7
|
3.6
|
3.6
|
2.7
|
Neraca Transaksi Berjalan (US$ 1 juta)
|
5,394
|
12,321
|
27,613
|
16,559
|
Sebagai
salah satu dari empat Macan Asia Timur, Korea Selatan telah mencapai rekor pertumbuhan yang memukau, membuat
Korea Selatan ekonomi terbesar ke-12 di seluruh dunia. Setelah berakhirnya PDII, PDB per kapita
kira-kira sama dengan negara miskin lainnya di Afrika dan Asia. Kemudian Perang Korea membut kondisi semakin parah. Sekarang PDB per kapita kira-kira 20 kali
lipat dari Korea Utara dan sama dengan ekonomi-ekonomi menengah di Uni Eropa. Pada 2004, Korea Selatan
bergabung dengan “klub” dunia ekonomi trilyun dolar.
Kesuksesan
ini dicapai pada akhir 1980-an dengan sebuah sistem ikatan bisnis-pemerintah yang dekat, termasuk kredit
langsung, pembatasan impor, pensponsoran dari industri tertentu, dan usaha kuat
dari tenaga kerja. Pemerintah mempromosikan impor bahan mentah dan teknologi
demi barang konsumsi dan mendorong tabungan dan investasi dari konsumsi. Krisis Finansial Asia 1997 membuka
kelemahan dari model pengembangan Korea Selatan, termasuk rasio utang/persamaan
yang besar, pinjaman luar yang besar, dan sektor finansial yang tidak disiplin.
Pertumbuhan
jatuh sekitar 6,6% pada 1998, kemudian pulih
dengan cepat ke 10,8% pada 1999 dan 9,2% pada 2000. Pertumbuhan kembali jatuh ke 3,3% pada 2001 karena ekonomi
dunia yang melambat, ekspor yang menurun, dan persepsi bahwa pembaharuan
finansial dan perusahaan yang dibutuhkan tidak bertumbuh. Dipimpin oleh
industri dan konstruksi, pertumbuhan pada 2002 sangat mengesankan di 5,8%.
Korea Selatan yang dianggap tidak stabil pada 1960-an,
saat ini telah beruabah menjadi negara industri utama dalam kurang dari 40
tahun.
Pada 2005, di samping
merupakan pemimpin dalam akses internet kecepatan-tinggi, semikonduktor memori, monitor layar-datar dan telepon genggam, Korea Selatan berada dalam peringkat pertama dalam pembuatan kapal, ketiga dalam produksi ban, keempat dalam serat sintetis, kelima
dalam otomotif dan keenam dalam baja. Negara ini juga dalam peringkat ke-12 dalam PDB
nominal, tingkat pengangguran rendah, dan pendistribusian pendapatan yang
relatif merata.
E. Indeks Makroekonomi Korea
Selatan Membaik
Melonjaknya
harga minyak internasional dan faktor eksternal lainnya yang tidak
menguntungkan sangat mempengaruhi perekonomian dunia, namun perekonomian Korea
malah menunjukkan kondisi yang baik, sebagaimana ditunjukkan indeks
makroekonomi. Pertumbuhan pendapatan melampaui pertumbuhan ekonomi untuk
pertama kali selama 5 tahun. Sejalan dengan membaiknya ekspor dan pulihnya
konsumsi swasta, perekonomian Korea diperkirakan akan tumbuh lebih cepat dari
yang diharapkan, produk domestik bruto perkapita diperkirakan akan melampaui
20.000 dolar.Indeks ini membuktikan bahwa perekonomian Korea memiliki fondasi
yang kuat, namun kehati-hatian dan kebijaksanaan masih dibutuhkan karena
ketidak menentuan kondisi perekonomian global.
Berdasarkan
laporan pemasukan berdasarkan kuartal Bank Korea, produk domestik bruto tumbuh
sebesar 1,3 % pada periode bulan Juli-September dari kuartal sebelumnya, dan
5,2% dari periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, pendapatan nasional
bruto tumbuh 1,7% pada kuartal ke-3 dari kuartal sebelumnya, dan 5,4% dari tahun
sebelumnya. Baru terjadi pertama dimana kali tingkat pertumbuhan tahunan
pendapatan nasional bruto melampaui tingkat pertumbuhan produk domestik bruto
tahunan sejak kuartal ketiga tahun 2002. Pendapatan Nasional Bruto, yang
terdiri dari jumlah keseluruhan produk yang di produksi dalam satu negara,
ditambah dengan bunga dan pemasukan keuntungan penjualan saham yang diterima
dari luar negeri, adalah ukuran daya beli suatu negara. Dalam hal ini, angka
pertumbuhan Pendapatan Nasional Bruto yang melampaui angka pertumbuhan produk
domestik bruto menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan dalam daya beli
masyarakat dari pada perluasan ekonomi.
Tanda-tanda
baik lainnya adalah kondisi ekspor nasional. Pada kenyataannnya Korea Selatan
mencapai rekor ekspor bulanan tertinggi pada bulan Nopember. Berdasarkan
perhitungan sementara kementerian Perdagangan, Industri dan Energi, ekspor
nasional meningkat 17,5% menjadi 35,95 milyar dolar pada bulan Nopember tahun
lalu, sementara impor meningkat 26,5% menjadi 33,85 milyar dolar. Baik ekspor
maupun impor mencatat angka tertinggi bulanan. Korea Selatan juga mencatat
surplus perdagangan sebesar 2,1 milyar dolar pada bulan Nopember, sehingga
menjadikan neraca perdagangan aktif selama 56 bulan berturut turut.
Kondisi
perekonomian yang baik, sangat memiliki arti penting karena hal ini dicapai
disaat melonjaknya harga minyak, terjadinya krisis pasar kredit perumahan di
Amerika Serikat, menguatnya nilai tukar won dan berbagai faktor eksternal
lainnya yang tidak menguntungkan. Sebagai hasilnya, produk domestik bruto Korea
Selatan akan melampaui 20.000 dolar dalam tahun ini.
Namun
sebaiknya Korea Selatan tidak cepat merasa puas dengan kondisi saat ini. Faktor
luar masih belum menentu, dan ada tanda-tanda tentang ketidak stabilan harga.
Lebih jauh lagi, pertumbuhan Pendapatan Kotor Nasional adalah phenomena
sementara, yang disebabkan oleh demam investasi bagi dana luar negeri.
Berdasarkan semua ketidak menentuan ini, indeks makroekonomi telah menunjukkan
kondisi yang baik walaupun ada faktor-faktor luar yang tidak mendukung, karena
fondasi perekonomian Korea yang kuat.
sumber-sumber terkait
Komentar
Posting Komentar